Gladi Wisuda Tujuh Hari Non Stop
Bunda
dengan Fawwaz saat sudah duduk di kursi VIP karena dapat fasilitas dari Pak
Achmad Sarifudin mertua Debi seluruh
fikiran kami berdua seragam - ingatan
melesat pada Ayah, yang cukup berambisi
menyekolahkan Debi ke APS ( Akademi
Perikanan Sidoarjo) beberapa
pertimbangan Ayah :
1. Prospek masa depan perikanan dan
kelautan di Indonesia akan sangat baik
dan dilirik pemerintahan dengan dana yang cukup atau masuk dalam skala
prioritas.
2. Dengan Sekolah di APS peluang bea siswa dan
peluang kerja bursa-nya sangat luas, sebagaimana diungkap Menteri KKP
lulusannya adalah prioritas. Maka karier
Debi – pun relatif kami anggap cukup lancar, kendati kesulitan dan kerumitan
selalu ada.
3. Meskipun tidak sebagai pegawai negeri, laut Indonesia butuh tenaga terdidik yang
tidak sedikit dan kita butuh banyak ikan, butuh hasil laut dan sumber daya
kelautan, buat jadi wiraswastapun bagi Ayah Perikanan dan Kelautan sangat
Menjanjikan.
Dan
sungguh benar juga tepat pilihan Ayah, semoga Allah menganugerahkan
kebahagiaan bagi Ayah sebagai suami Bunda dunia dan akhir.
Acarawisuda yang diselenggarakan oleh Panitia sedemikian
mengesankan khususnya bagi diri Bunda, demikian bagi hadirin dan wisudawan. Detail indah itu saat lagu pileuleuyan
yang dinyanyikan taruna / taruni dengan penghormatan yang sangat takdzim kepada
guru besar-nya ending . . . . . . . . . . . . . .
Hening
. . . . beberapa detik, entah
dikomando entah spontan semua wisudawan room yang berjumlah 400 orang di Ball Kementerian Perikanan dan Kelautan melempar
toga, beberapa dari mereka histeris menjerit, saling berpelukan dan berlinangan air mata
bahagia bahkan para tarunapun Bunda saksikan menangis termasuk Debi mereka
paling tidak telah melewati episode latihan tujuh hari nonstop untuk
penyelenggaraan wisuda ini dengan peraturan ketat semi militer.
Suatu
ketika Debi pernah menyampaikan secara sepintas saja tentang betapa beratnya ia
melewati pendidikan latihan demi latihan disiplin ketat bahkan tidak hanya di
APS bahkan di STP ( Sekolah Tinggi Perikanan). Kalimatnya yang teringat : “kalau
bukan demi mengingat Ayah dan Bunda, mungkin Debi sudah kabur”.
Memang
terbukti di STP pun . . . demikian,
suatu saat di tahun 2014 Ayah
dengan Bunda berkesempatan berkunjung ke Serang setelah Ayah agak sembuh dari
asam uratnya berjumpa Debi eaaaaa . . .
‘botak’ Bunda sempet heran
juga. Baru setelah berbincang – bincang Ayah dan Ibu Mertuanya
mengisahkan bahwa Debi terlambat masuk Asrama dan resikonya itu plontos abiiis.
Karena
Bunda duduk di bagian VIP ada beberapa persyaratan, sesungguhnya tidak boleh
mengambil gambar, handphone harus di silent ; tidak di perkenankan keluar
gedung disaat acara berlangsung dan tidak boleh juga beranjak dari tempat
duduk.
Maka
cukup beruntung teman Debi yang juga dapat fasilitas mendapat kursi VIP bisa
mengambil gambar saat masing – masing wisudawan dan wisudawati menghampiri meja
Ibu Menteri KP, nah Bunda kurang trampil mengambil gambar sehingga goyang dan
jelek saja.
Ini
entah punya Mas Anca, entah juga punya Fawwaz . . . semua berusaha menjalankan
acara sebaik dan setertib mungkin, tentu saja menyaksikan Debi teringat Ayah .
. . menangispun tidak bisa dibendung meskipun selalu Bunda usahakan unruk
menahannya.
Acara
berjalan sempurna, walau ada letupan seorang pengunjung yang protes karena terlambat
masuk.
Alhamdulillah
. . . kehadiran Bunda di acara wisuda-nya Debi berkat kesholehan Pak Achmad
Sarifudin sebagai Kakeknya AqeeLa dan mertuanya Debi atau Ayah Nurul istri
Debi.
Jika
kemudian Bunda, Fawwaz dan Mas Anca juga Pak Achmad dapat undangan VIP sampai
banyaknya, dikarenakan beliau sebagai salah seorang Dosen senior di STP dari gesture rekan –
rekannya, bagian keamanan hingga tukang parkir
sangat menghormati Bapak yang satu ini ;
pas . . . acara makan Bunda sempat di tegur sama bagian keamanan karena masuk ke barisan VIP dan agar segera keluar katanya sudah sisiapkan di bawah tangga, Bunda katakan padanya “saya datang bersama Pak Achmad” tampak si Akang maluuu sekali dan mohon maaf kepada Bunda pun dia di tegur rekan – rekan bagian keamanan lainnya.
pas . . . acara makan Bunda sempat di tegur sama bagian keamanan karena masuk ke barisan VIP dan agar segera keluar katanya sudah sisiapkan di bawah tangga, Bunda katakan padanya “saya datang bersama Pak Achmad” tampak si Akang maluuu sekali dan mohon maaf kepada Bunda pun dia di tegur rekan – rekan bagian keamanan lainnya.
Banyaknya
undangan VIP di Pak Achmad, beliau menuturkan bahwa ada beberapa Dosen yang tidak
bisa hadir dan undangan mereka di minta mertua Debi, sekiranya Hannah Nurul dan
Arum berkenan masuk kedalam ruangan memang masih tersedia tiga, akan tetapi ketiga – nya tidak mau turut
masuk karena peraturan tidak boleh keluar ruangan hingga acara selesai jam
13.00 masuk akuarium.
Hannah, Nurul dan Arum menunggu di luar ruangan
sambil menjaga AqeeLa yang aktif, lincah tak mau diam. Jadi meskipun bertiga secara gantian menjaga
si kecil ketiganya bilah : “dhuh . . . cuafeee”
Yang
sabar menggendong tanpa letih dan lelah ya . . . Pak Achmad itu, sedang Bunda
sudah merasa rempong banget ya . . . gendong anak – anak teh jadi antara
perasaan dan psickologis anak ( cucu ) sering nyambung saja.
O
. . . iya Ibunya Nurul dan Arum ( mertua perempuannya Debi ) memang tidak hadir dalam acara wisudaan ini, beliau
sebagai salah seorang pengawai Dept KKP juga ada pelatihan selama tiga hari di
Jakarta.
Otomatis
sehabis wisuda Bunda diantar ke Pamulang, Debi ke Pasar Minggu ngambil barang –
pribadinya selama tinggal di Asrama dan Pak Achmad langsung jemput istrinya,
yakni besan Bunda.
Ayah . . . .
Debi baru menyelesaikan S1 - nya
semoga engkau selalu bahagia disana . . . .
Salam, buatmu . . .
dari kami semua.
Ayah . . . .
Debi baru menyelesaikan S1 - nya
semoga engkau selalu bahagia disana . . . .
Salam, buatmu . . .
dari kami semua.
Belum ada Komentar untuk "Gladi Wisuda Tujuh Hari Non Stop"
Posting Komentar